Tuesday, August 24, 2010

SINOPSIS NOVEL MEKANIKA LANGIT

Senja mulai menampakkan diri untuk beradu dengan wajah sang malam.Gugusan awan memeperlihatkan rupa sebagai bentuk yang indah, merias langit sehingga terlihat begitu mempesona.Mentari pun tak mau bersinar seangkuh beberapa jam silam.Cahayanya pun mulai memudar, sedikit menyurut dari pelataran bumi.Sementara itu, hembusan angin yang sesekali menerpa semilir menyelinap di sela-sela tulang rusuk, menyejukkan hatiku.Tak heran, penduduk kotaku lebih memilih untuk menikmati anugrah senja di luar rumah daripada berdiam diri atau menghabiskan waktu untuk menonton sinetron.

Aku pun memutuskan untuk keluar sejenak setelah membantu Pak Tobing di warung makan beliau yang terletak di lingkungan kampus di Gunungpati, semarang.Sebenarnya,jam kerjaku di warung Pak Tobing belum usai.Setiap hari,aku bekerja hingga malam menjelang.Ketika jarum jam tepat menunjukkan pukul 21.00,aku baru selesai bekerja.Namun, kali ini aku meminta izin kepada Pak Tobing untuk pulang lebih awal.Pada pukul 16.00, bertepatan hari kamis di bulan November ini,ada sebuah perjalanan yang terbentang, yang harus kutempuh,kesilaman masa yang tertinggal jauh di belakang.


Bulat sudah tekadku untuk menjumpai masa lalu yang aku sendiri tak lagi mengingatnya.Dari warung Pak Tobing, aku menuju jalanan di depan kampusku.Di samping ATM, aku berdiri sambil memperhatikan lalu-lalang mahasiswa yang melewati jalan raya di dekat kampusku.Beberapa mahasiswa terlihat mengantri untuk mengambil uang dari mesin ATM itu.Entah untuk kebutuhan apa,yang jelas aku tak tahu.Sebuah angkutan berwarna oranye dating menghampiriku.Kulihat di kaca depan tertulis “Jatingaleh-Unnes-Sampangan”.Angkutan inilah yang akan menghantarkanku sampai ke Sampangan.Aku pun bergegas naik, tanpa menunggu hal lain.Angkutan membawaku melaju bersama dua orang gadis yang sudah terlebih dahulu menumpang.Satu Orang berjilbab biru bermotifkan bunga,sedangkan yang satunya lagi tampak berkaca mata,tetapi tidak berkarudung.
Sementara itu, sepi tercipta semenjak awal kududuk di dalam angkutan ini. Tak seorang pun yang ingin membuka percakapan.Benak kami tetap berdiam dengan isi kepala masing-masing. Di depan, sang sopir yang berkopiah putih dan berjenggot pun tak berpaling dari jalanan didepannya.Praktis, hanya ada semilir angina yang mengisi kekosongan diantara kami.Menatap jalan kampung yang dilintasi angkutan ini,pikirku melontarkan berderet Tanya,”Kenapa pemerintah daerah tidak memperbaiki jalan ini?Padahal, sudah lama akses menuju Semarang bawah itu berlubang dan rusak.Apakah memang karena tak ada anggaran untuk perbaikan jalan? Apakah masyarakat pun tak berkehendak untuk mengambil inisiatif memeperbaiki jalan ini secara swadana? Ah, kepedulian semua pihak terkait sesungguhnya sangat di butuhkan dalam hal ini….”
Beberapa menit berlalu, aku akhirnya sampai di Sampangan.Angkutan yang kutumpangi berhenti di dekat jembatan basi.
“Berapa ongkosnya, Pak?” tanyaku kepada pak sopir.
Dia memasang tarif dua ribu rupiah saja.Kuulurkan dua lembar seribuan kepadanya.Kutebarkan pandangan ke sekeliling, mencoba memperolah gambaran seutuhnya tentang keberadaanku di tempat itu.Sebagaimana hari biasanya, ternyata antrian angkutan sudah mengular di sana.Semua akan membawa para penumpang hingga tujuan masing-masing. Sepenuh harap, mataku mencari-cari sebuah angkutan dengan jurusan Sampangan-Simpang Lima-Johar.Beruntung, aku segera menemukannya tanpa perlu membuang waktu. Tanpa banyak berpikir, aku menghampiri angkutan itu. Bergegas, kuayunkan kaki untuk kembali menumpang angkutan. Kendati badan angkutan itu berwarna sama dengan angkutan pertama tadi. Namun keduanya jelas berbeda jurusan. Meski begitu, aku kembali satu kendaraan dengan keduanya gadis yang kujumpai di angkutan pertama tadi. Tak jauh dari mereka, kulihat seorang ibu bersama anaknya yang masih balita. Tak lama berselang, angkutan pun melaju.
Tiba-tiba, bocah itu menangis. Mungkin, dia tengah merasa haus atau lapar. Sang ibu yang yang berjilbab berusaha menghibur anaknya.
“Tapi bagaimana dengan anak itu?”pikirku di dalam benak.
Ibu itu hanya bias menghibur anaknya supaya tenang dan tidak rewel. Sejenak, bocah itu diam. Namun, akhirnya dia menangis lagi. Begitu seterusnya. Tak tega mendengar tangisan keras balita itu, seorang penumpang mengeluarkan sebungkus roti.
“Bu, coba berikan ini saja.Barangkali bias membuat anak Ibu sedikit tenang….,”ujar gadis berkerudung seraya mengeluarkan rotinya kepada ibu itu. Gadis itu duduk bersebelahan dengan gadis berkaca mata.
“Oh, ya, Nak. Terima kasih atas kebaikannya.Semoga anak saya tidak rewel lagi….”
Bocah laki-laki itu pun diam, sang ibu senang, sedangkan gadis itu tersenyum. Sekilas, kulihat senyumnya begitu manis.Ah, gadis yang baik hati.Angkutan terus melaju.Sebentar lagi, aku pun tiba di tempat yang kutuju.
“pak, turun di pertigaan depan, ya….” Pinta gadis berjilbab kepada sopir.
“Baik, Mbak…”
Sejenak, aku berpikir, kenapa tujuan gadis itu sama denganku?Sebenarny, siapa dia dan mau apa dia ke tempat itu?Mungkinkah gadis manis itu mencari apa yang tengah ingin kucari?Angkutan pun berhenti dan gadis berjilbab itu turun.Aku ikut turun di tempat yang sama.Gadis berjilbab itu berjalan lima langkah di depanku .Di samping jalan utama menuju pemakaman, gadis itu akhirnya sampai di tempat tujuannya,mungkin itu rumahnya.Kuayunkan lagi langkah kakiku memasuki pemakaman Bergota.Ya, aku memang berniat untuk mencari makam kedua orang tuaku,tapi aku tidak tau pasti dimana makam tempat mereka bersemayam.
Ketika ayah dan ibuku wafat,usiaku baru lima tahun.Kini, usiaku dua puluh tahun.Berarti sudah lima belas tahun orang tuaku di makamkan disini.Oleh karena itu aku harus mencari nisan yang disana tertera angka 1992. Setelah kurang lebih 45 menit mata ini mencari blok yang bertuliskan tahun 1992.Akhirnya aku pun kelelahan.Tentu saja aku belum sempat Beristirahat, walau hanya sekejap.Sepertinya hari memang sudah akan beranjak petang, tapi aku belum menemukan makam orangtuaku. Sembari duduk diatas tanah, beralaskan rerumputan hijau, aku melepas lelah sejenak. Ya Tuhan, aku tahu selama ini tidak pandai bersyukur atas berlimpah anugerah-Mu. Aku juga tahu, aku belum bias menyembah-Mu dengan baik dan benar, bahkan untuk sembahyang pun belumlah teratur. Namun, aku selalu yakin bahwa kemudahan akan Kau datangkan untukku.Hanya Engkau, Tuhan Yang Maha Mengetahui isi hati dan segenap kerinduan kepada kedua Orang tuaku.
Suatu ketika, fajar mulai menampakkan kegagahannya.Seorang ibu sudah tak kuat lagi menahan sakit semalaman. Menahan gerak liar bayi yang di kandungnya.Ayah tak mau diam melihat semua ini. Sebuah inisiatif untuk membawanya ke bidan kampung terlintas di benaknya.Bergegas, bidan pun diajak ke rumah. Pertolongan segera di lakukan sang bidan.Ayah pun setia menemani ibu di sampingnya.Debar-debar hati mereka menanti kehadiran si mungil; anak pertama meraka.Lambaian pucuk daun kelapa menari ramah diterpa angin kecil. Bersam pucuk-pucuk daun bamboo, nyiur mengawali kehangatan sang fajar. Saat itulah sang bayi lahir dengan wajah tampan dan menggemaskan.Sang fajar yang masih suci dan mungil terlahir dari timur.Fajar itu adalah aku.Tak dipungkiri, kehadiranku mampu memberikan kebahagiaan yang tak terkira.
Namun, sesaat setelah mealahirkanku, ibu tiada daya lagi untuk bertahan. Napasnya berhenti, matanya terkatup rapat untuk selamanya. Ya, ibu telah wafat. Air mata terurai dari pelupuk mata ayah. Dengan ikhlas dan tabah, ia harus merelakan kepergian istrinya.Mungkin inilah keadilan Tuhan, ada yang datang, ada pula yang pergi.Ibu telah tiada.Kereta emas menghampiri ibu.Dua makhluk berjubah putih bersih dan bercahaya mengawal kereta itu.Seekor hewan suci bermahkotakan berlian menyeret kereta itu. Sebelum mengajak ibu masuk ke dalam kereta, dua makhluk bercahaya itu menghampiriku, mengelus kepalaku, kemudian mencium keningku bergantian. Sebait doa mereka lantunkan untukku.Mereka pun meminta izin untuk membawa ibu pergi.Ibu berjalan menuju kereta sembari melambaikan tangan kepadaku. Saat itulah sang bayi mungil baru bisa menangis.
Satu pekan setelah kepergian ibu, ayah terbaring sakit di ranjang. Tampaknya ia tak kuat dan tak ingin hidup sendirian lantaran di tinggal istrinya. Akhirnya, ayah jatuh tak sadarkan diri.Warga memang tau, ayah dan ibu adalh pasangan yang cocok, sehidup-semati.Semasa hidupnya, mereka jarang sekali bertengkar. Setelah menikah, ibu sering kali mendapatkan teguran dari saudaranya, kenapa wanita secantik ibu mendapaykan jodoh seperti ayah yang pincang dan tak memiliki pekerjaan tetap. Bagi ibu, yang terpenting adalh hati ayah yang penyabar dan bertanggungjawab.Ayah pun lemah dan tak bias bangun dari tempat tidurnya dan kondisinya semakin menurun.Kemungkinan, ia tak kuasa di tinggal ibu.Tepat satu pecan setelah pemakaman ibu, ayah menghembuskan nafas terkhir.Matanya tak lagi terbuka, senyumnya tak lagi mengembang, dan tak ada lagi hinaan yang akan didengarnya.Kini, Sang Fajar harus berkelana di atas buana tanpa kasih saying ibu dan ayah yang akan menemaninya.Sang fajar belum memiliki nama.Seorang uztadz dengan bijak mengusulkan sebuah nama, Ilham al-Hafidz.Ya, itulah namaku, lelaki yang malang itu; aku
Air mata ini mengalir membasahi pipi,setelah mengingat masa lalu.Namun, aku semakin yakin aku pasti menemukanya.Entah mengapa, hatiku semakin berdebar.Ada perasaan merinding yang menyambangi hatiku. Bukan lantaran takut bertemu mahluk halus di komplek pemakaman, karena sebentar lagi aku menjumpai makam orangtuaku.Tiba-tiba, aku melihat sosok kecil tengah duduk di sekitar kuburan blok H.Sepertinya, dia sedang menghitung uang recehan.Munkinkah dai pengemis?.Di sisinya terdapat ecek-ecek.Oh,ternyata dia pengamen.Kudekati gadis beranbut sebahu itu.Siapa tahu dia mengetahui makam yang kucari.Aku pun bercakap-cakap dengan gadis itu.Tiba-tiba pembicaraan kami berhenti.Jantungku pun berdetak semakin kencang, seperti ada bola-bola kecil yang bergerak acak.Mata ini kembali sembab, aku menangis, menitikan air mata kerinduan.
Aku meliahat makam ibuku.Sebuah batu nisan terdapat di salah satu ujungnya, Bertuliskan”Romiyati”. Wafat 22-02-1993.Ya, aku yakin itu adalh makam ibuku.Munkin aku tak bias menikmati indahnya kasih sayang seorang ibu di dunia.Sejenak, kupandangi gadis kecil itu.Aku merasa gadis itu telah membantuku menemukan kebahagian ini.aku pun berterima kasih kepada gadis kecil itu.Mungkin, penampilannya yang tampak tidak bercahay itu karena dia belum sempat mandi, maklumlah anak pengamen.Namun, aku yakin, andai dia membersihkan badannya, bidadari pasti cemburu kepadanya.Ternyata, bidadari kecil itu bernama Ardiva.
Sang bidadari kecil pun duduk di sampingku dengan wajah yang masih malu-malu. Mungkin karena dia baru mengenalku.Aku berkhayal, andai saja ibu masih bisa menyapaku.Di dekat makam ibuku kutemukan pula makam ayahku.Makam mereka berdua hanya terpisah beberapa langkah.Aku melangkah ke makam ayahku.Kubuang lumut dan debu yang menempel.Oh, malang nian nasibku, ditinggal kedua orangtuaku dalm waktu yang berdekatan.Tetapi, aku tidak menyalahkan nasib.
Hari sudah semakin petang, mentari tak lagi menampakkan sinarnya.Kelelawar pun semakin leluasa berterbangan di pemakaman ini.Aku berpamitan kepada ayah dan ibu.Aku mengajak Ardiva pulang ke rumahku, karma aku kasihan kepada gadis itu.Langkah kaki masih setia menapaki trotoer di Jalan Pandanaran.Sembari bercanda di sepanjang jalan.Waktu sudah menunjukan pukul 18.00.saatnya menunaikan ibadah shalat.Adzan Maghrib menggema di seluruh penjuru kota Semarang.Di sekitar Bundaran Simpang lima, berdiri magah masjid agung kota Semarang; Masjid Baitturahman.Di sekitar masjid tampak bangunan bangunan megah pusat perbelanjaan,para pedagang kaki lima begitu riuh mengais rizeki.Namun, adzan sepertinya bukanlah hal yang perlu mereka hiraukan.Mereka tetap saja sibuk dengan urusan duniawi.Aku pun melaksanakan shalat berjemaah di Masjid Baitturahman,Semarang.Air mata kembali meleleh dari pelupuk mata.Tak kuasa aku menahannya.Aku begitu rendah di hadapan-Nya.
Malam sudah semakin ramai.Aku mengajak Ardiva untuk makan.Aku merasa sangat senang hari ini, aku bisa menemukan makam kedua orangtuaku.Setelah makan kami menunggu angkuatan, tidak sulit bagi kami untuk menemukan angkutan dengan jurusan Sampangan.Semua ini adalah kemudaha dari Tuhan.Karena kami selalu yakin akan pertolongan-Nya.
Tepat ketika adzan Isya berkumanadang, aku dan Ardiva tiba di rumah.Mungkin malam sudah larut, dan kami sudah lelah karena perjalanan kami, kami pun tertidur pulas.
Sementara itu, udara dingin yang menusuk hingga ke tulang rusuk ternyata membuat penduduk bumi tetap setia dengan selimutnya dan tertidur pulas.Namun, Ardiva tak ada di atas ranjangnya.Selimut merahnya sudah tertata rapi.Kupaksakan tubuh ini meninggalkan pembaringan, meski udara masih saja merayuku.
Matahari telah terbit.Segerombol burung emprit menari di angkasa seraya mengintai lahan padi yang telah menguning.Secangkir the manis yang hangat disuguhkan kepadaku, lantas kuteguk.Seraya menikmati pagi yang indah dan segar akhirnya aku pun tak bisa lagi menyembunyikan kisah hidupku.Segala masa lalu itu kuceritakan kepada Diva.Begitu aku biasa memanggilnya,aku sudah menganggap Diva sebagai adikku, dan Diva juga menganggapku kakak.
Setelah wafatnya kedua orangtuaku, aku di besarkan dip anti asuhan.Sudah lima tahun aku di Panti asuhan Nur Hidayah.Aku dibesarkan dengan kasih sayang dari para perawat panti.Tak ada ASI, tak kutemukan pelukan hangat orangtuaku.Aku dan semua anak seperantaraku tak pernah bisa keluar melihat dunia luas, kecuali saat di ajak berkunjung ke panti lain.Aku tidak pernah berharap ada orang kaya yang mau mengasuhku. Harapku, hanyalah kedua orangtuaku yang akan menjemputku, menggandeng kedua tangan ini.Ketika malam tiba, ayah mendongeng untukku.Dan saat pagi menggantikan sang malam, ibu mencium keningku untuk membangunkanku dari tidurku yang nyenyak.Air mata ini tiba-tiba mengalir dari kedua pipiku.Tampaknya hanya angan-angan saja yang bisa kudapatkan.
Jendela kamar telah tertutup.Kehidupan terus berlanjut tanpa adanya tantangan, tanpa ada sesuatu yang baru dan berbeda.Tuhan, dimanakah mereka?Pertemukanlah aku dengan mereka, Tuhan.Sampaikanlah bahwa aku merindukan mereka, bahwa aku membutuhkan kasih sayang mereka….
Malam masih bertabur di seluruh penjuru malam.Hatiku masih samar-samar, semakin gundah kurasa.Haruskah aku pergi meninggalkan panti ini hingga keajaiban membawaku kepada orangtuaku?Kuputuskan keluar dari panti ini.Lewat pintu belakang aku pergi meninggalkan panti ini.Sekitar pukul 01.30 aku keluar dari panti.Kususuri trotoar sepanjang jalan.Rintik hujan menemani tarian kesepianku.Kucoba untuk terus melangkah.Hujan pun semakin deras, aku pun harus mengakhiri perjalanan ini.Tubuhku terasa berat, tertimpa derasnya hujan.Badan ini pun tersungkur di pinggir jalan Tol.
Hujan tampaknya sudah reda.Sang fajar mulai menampakkan keindahan warnanya.Mata ini mulai terbuka.Kulihat di dekatku ada beberapa orang berbaju kusut.Mereka ternyata anak jalanan.Lantas mereka membawaku ke tempat singgah mereka.Tidak ada yang mewah di san.Hanya terdapat tikar usang dan robek yang menjadi alas tidur mereka.Kehidupan anak-anak jalanan itu memang begitu keras.Sepertinya, anak-anka yang tidak beruntung ini sudah terbiasa hidup demikian.Bagi mereka, biarlah keadaan seperti itu mengalir begitu saja, bak air yang mengalir sebagaimana mestinya.Tetapi, itu sungguh subuah sikap yang mulia.Aku bahkan merasa mendapatkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menyapa begitu bijak di hatiku.
Malam sepertinya memudar karena cahaya rembulan menyinari kegelapannya.Ali,Fadli,dan Faiz duduk melingkar di dekatku di dalm gubuk yang mereka tinggali.Kami menyanyikan satu lagu,yang menjadi favorit kami.Sebuah lagu yang melantunkan kerinduan kepada bunda.Kecrekan dan petikan gitar mungil senantiasa mengiring kami bernyanyi.Aku pun semakin tahu, bahwa mengamen tidak saja menjadi lading penghasilan.Sebab, suasana hati pun ternyata dapat terhibur oleh nyanyian hati.Untuk menghibur hati, mereka bisa pergi kemana saja semaunya dan makan apa saja yang mereka mau.
Pagi pun tiba. Aku dan enam orang kawanku mulai mengatur posisi.Citra,Kak Ardi,dan Kak Marsya biasanya mengamen di sekitar lampu lalu lintas.Ali dan Faiz masih ada di sekitar jalan tol.Sementara aku dan Fadli berjuang di sekitar pemberhentian bus.Aku dan Fadli tidak mendapatkan banyak uang.Begitulah kami mencari sebungkus nasi.Citra masih bersemangat menunggui kendaraan yang berhenti sejenak di sekitar traffic light bersam kedua kakak kami.Terkadang, sesekali kami beristirahat sejenak.Sebuah mobil mewah warna perak melaju kencang dan menyerempetku.Aku di bawa ke rumah sakit terdekat dan langsung mendapatkan penanganan oleh tim medis.Untungnya tidak sampai parah.Pak Aziz berdiri di sampingku,dan disampingnya istrinya.Sudah tiga hari aku di rawat di RSU Genuk, Ungaran.Mereka memintaku agar mau tinggal bersama, menjadi anak asuh mereka.Selama beberapa hari aku menjalani hidup seperti anak jalanan, harus berjuang keras mempertahankan hidup demi sesuap nasi bersama sahabataku.Namun, secepat ini aku seolah menjadi pangeran yang hidup mewah di istana raja.Seketika, aku memiliki keingina, kelak jika aku sukses aku akan membangun rumah singgah bagi anak jalanan, memberi pendidikan untuk mereka.
Sudah sepekan aku tinggal bersama keluarga Pak Aziz dan Bu Risa.Hari ini Bu Risa tidak ke kantor karena ia ingin menjagaku.Aku mengutarakan keinginanku untuk bersekolah.Kebetulan sekali keinginanku melanjutka n sekolah bertepatan dengan saat-saat pendaftaran sekolah.Dan Pak Aziz memilihkanku sekolah yang tepat.Pak Aziz memang orang yang dermawan.Sungguh, mereka adalah pasangan suami istri yang baik hati.Kini aku bisa menuntun ilmu bersama teman-teman sebayaku dengan tenang.Selama aku tinggal bersama keluarga angkatku, mereka hanya menginginkan aku untuk menuntut ilmu dan dapat mengamalkannya bagi sesama.
Enam tahun aku tinggal bersama Pak Aziz dan Bu Risa.Mereka telah mendidiku dengan tulus.Saat kelulusan, aku tampil sebagai lulusan terbaik di sekolah.Aku sangat gembira, terlebih kedua orangtuaku.Setelah menempuh pendidikan di sekolah dasar, Pak Aziz dan Bu Risa memasukkanku di SMP Nusantara, yang masih satu jurusan dengan sekolahku.Saat aku duduk di bangku SMP, aku sangat suka mengikuti pelajaran tambahan, seperti Qur’an,Hadits,Kuikuti ketika sore hari.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP Nusantara.Aku melanjutkan pendidikan di SMA 12 Semarang, salah satu SMa favorit di wilayah Gunungpati.Di sinilah aku mengembangkan bakat dan potensiku.Sebagai siswa, aku mengikuti beberapa kegiatan, seperti sablon, karate, dam kelompok ilmiah.Dari rutinitas karate itulah aku pertama kali berpacaran.Kekasihku sangat cantik.Meskipun agak tomboy, tapi dia begitu mempesona hatiku.Disudut lapangan upacara, kuucapkan cinta kepadanya.Kutatap sejenak wajahnya.Kupandang bola mata bening nan indah dan penuh pesona itu.Akhirnya,gadis yang selama ini menghantuiku telah kudapatkan.Hampir satu tahun aku menjalin hubungan dengannya.Tapi suatu ketika, dia meminta untuk mencukupkan hubungannya denganku.Ya, dia minta putus dariku.
Satu hari setelah kejadian itu, entah kenapa aku belum bisa melupakan kejadian itu.Aku yakin dia masih mencintaiku.Tapi aku tidak tahu mengapa, dia melakukan hal ini.Pada hari itu, aku masih duduk sendirian seusai sekolah tanpa canda tawa, mengenang kisah saat aku masih dengannya bercanda di taman asmara.Tiba-tiba ada yang mencekal kedua tangankudari arah belakang.Rupanya, Ande dan Yanu.Rendi berjalan mendekatiku dari arah depan.Rendi mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.Bungkusan itu menyerupai permen, ada juga yang berbentuk butiran kecil berwarna putih.Rendi tiba-tiba memukulku.Mereka bertiga bermaksud untuk memaksaku agar, aku menelan barang haram itu.Aku tak tahu mengapa mereka melakukan iniDalam beberapa detik saja, mereka berhasil memasukkan benda haram itu ke dalam tubuh ku.Masih belum puas, mereka lantas menyuntikkan obat itu melalui nadiku.dengan sia-sia tenagaku berusaha untuk bangkit.Namun, aku tak sanggup.Tak lama kemudian beberapa orang polisi mendekatiku.Dan menggotongku ke mobil.Aku terkurung di dalm sel.Pandanganku mulai jelas.Ada dua orang penjaga yang membuka pintu sel.Aku tak tahu apa yang hendak mereka lakukan.Beberapa bungkusan yang aku tak tahu apa isinya.
Tiba-tiba aku tak sanggup berdiri, pandanganku kabur.Semua menjadi hitam, gelap seketika.Banyak guru, siswa, dan karyawan sekolah yang dekat denganku merasa kecewa.Mereka tak menyangka, aku memiliki kebiasaan buruk, mengonsumsi barang haram itu.Luruh sudah tangis diri ini membasahi wajah yang kian kusut.Dhevy dan Farid menjengukku, Dhevy dan Farid adalah teman sekelasku.Dhevy dan Farid telah menghiburku.Sebelum Dhevy dan Farid pergi, Dhevy memberikan dua pucuk surat untukku.Aku tak tahu apa isi surat itu.Masih kutimang dua pucuk surat dari Dhevy. Aku bertambah tak mengerti, kenapa ada dua pucuk surat?Terdengar langkah kaki yang sepertinya menuju ruanganku.Ternyata itu Rendi dan dua temannya.Kulihat rendi memberikan obat haram itu kepada kedua penjaga dungu tersebut.Sepertinya mereka bersekongkol, sehingga tidak ada yang mengetahui cerita yang sebenarnya.Dengan tawa yang angkuh, sepertinya mereka berlima merendahkan diriku.
Malam telah dating, tak lagi kusaksikan indahnya malam di balik jeruji besi.Tak lagi kudengar celoteh sang kodok dan nyanyian jangkrik yang mengisi sunyinya malam.Aku ingin mengetahui isi surat tersebut.Ternyata ada surat dari Meisya.Dia adalah mantan pacarku.Masih tercium harum pada sepucuk surat itu.Ternyata Meisya tidak bermaksud untuk memutusiku,tapi karena dia di paksa oleh Rendi.Karena Rendi telah memberikan dana untuk operasi ibu Meisya.Meisya tidak Memiliki uang untuk mengoprasi ibunya.Jadi dia menjadi wanita penghibur.Tapi sayang Rendi mengetahui hal itu, dan mengancam akan memberitahu sekolah.Rendi mengancam Meisya, agar mau memutuskan pacarnya, yaitu aku.Rendi juga membenciku.Air mataku meleleh membasahi pipiku.Aku menyesali semua perbuatan ini.
Aku buka surat yang kedua.Surat itu dari Dhevy.Dhevy mengatakan bahwa dia sebenarnya, cinta kepadaku tapi dia malu mengatakannya kepadaku.Dia merasa kecewa, karena aku mengutarakan cinta kepada Meisya di hadapannya.Dhevy juga menerima diriku apa adanya.
Andai aku tau kenyataan itu sejak awal, aku akan mencintai Dhevy layaknya menceintai Meisya.Tapi hatiku telah terpaut di hati Meisya yang tengah jalan untuk dekat dengan-Mu.Lantas apa yang akan aku katakana jika esok aku bertemu dengan mereka berdua?
Setelah membaca surat dari Meisya dan Dhevy, malam itu juga aku dicekoki oleh kedua penjaga sel tersebut dengan pil haram itu.Dua hari kemudia aku mendapatti kabar yang sangat baik untukku.Rendi dan kedua temannya berhasil di ringkus oleh pihak berwajib.Rendi dan kawa-kawan terjebak perangkap polisi.Kemudian, dua penjaga LP yang bekerjasam dengan Rendi juga dibekuk oleh pihak kepolisian.Ah…..,udara bebas kini dapat kuhirup kembali.Tiba-tiba air mataku ini kembali meluncur di dinding pipiku.Aku tak kuasa menahannya.Aku teringat Oleh ibu.Andai saja, ibu hadir di depanku.Oh,ibu…,semoga enkau selalu dalam kasih sayang Tuhan dan mendapatka tempat terindah di sisi-Nya.Aku kembali kesekolah dengan sambutan yang hangat dari warga sekolah.
Kulihat sosok berkerudung putih.Itu adalah Meisya.Dan terakhir aku melihat Dhevy.Yang tak lagi mendiamiku.Dengan senyumnya yang tersungging menyegarkan bumi.Entah mengapa setiap kali aku dekat dengan Meisya, getaran cinta itu seakan menderu kuat.Seperti gaya Coulomb saja.Bila aku dekat dengan Meisya dengan jarak yang begitu dekat, maka muatan cinta di hatiku dengannya seakan berinterferensi kuat, sehingga timbullah getaran cinta di medan hati ini dengan hebat.Tetapi, sepertinya waktu menuntunku pa Dhevy.Akankah cintaku dan cinta Dhevy sindah hukum III Newton yang menghendaki adanya aksi reaksi?Cinta yang selalu berbalas.Ketika dengan tulus Dhevy mengungkapkan perasaannya, maka dengan keromantisan pula aku akan menggapai cintanya.Kini aku dan duiaku telah berubah.Cinta sepertinya telah meluberka sejuta warna dalam hidupku, dengan spectrum cinta yang begitu beragam mengajariku tentang hidup.Kehidupan pun serasa dipenuhi cinta.

Sunday, August 15, 2010

Proses Terbentuknya Urine pada Ginjal.

A. Proses Penyaringan (Filtrasi)
Proses penyaringan adalah proses penyaringan darah yang terjadi dalam glomerulus.Hasil dari penyaringan tersebut berupa urine primer atau filtrate glomerulus yang masih mengandung glukosa, air, dan garam mineral yang kemudian masuk ke simpai bowman.Zat yang bermelokul labih besar dan melokul tetap berada di dalam pembuluh darah.


B. Proses Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)
Proses reabsorpsi atau penyerapan kembali adalah proses penyerapan kembali zat-zat dalam urine primer yang masih berguna.Hasil dari proses reabsorpsi berupa urine sekunder atau filtrate tubulus.Reabsorpsi di bagi menjadi 2 jenis,yaitu :

1. Reabsorpsi Obligat
Reabsorpsi Obligat ini terjadi di tubulus kontortus proksimal sampai tubulus kontortus distal.

2. Reabsorpsi Fakultatis
Reabsorpsi Fakultatif ini terjadi di tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus.

C. Proses Pengeluaran Zat yang tidak Berguna
Sebelum sampai di saluran pengumpul, darah melalui kapiler melepas zat-zat yang tidak berguna lainnya ke dalam urine sekunder.Selanjutnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dikumpulkan dalam tubula kolekta menuju rongga ginjal.
Dari rongga ginjal urine d alirkan melalui ureter menuju kandung kemih.Jika kandung kemih sudah cukup mengandung urine maka dinding kandung kemih menjadi tertekan, tekanan inilah yang menimbulkan rasa ingin kencing, selanjutnya urine tersebut di keluarkan melalui uretra.

D. Komponen Urine Normal
Zat-zat yang terkandung dalam urine dalam kondisi normal sebagai berikut :
 Air, kurang lebih 95% terdiri dari air.
 Urea , asam ureat , dan ammonia merupakan sisa pembongkaran protein.
 Zat warna empedu, yaitu bilirubin dan bilverdin yang menyebabkan warna kecing kuning kehijauan.
 Bermacam-macam garam mineral terutama NaCl.
 Vitamin, obat-obatan, hormone, kreatinin
 Beberapa zat yang bersifat racun.

Saturday, August 14, 2010

Arti Cinta

Yakinlah bahwa cinta akan selalu
Menghampirimu.

Meski cinta tak akan pernah terlihat oleh
Keangkuhan mata memandang,

Dan teraba oleh kejelian tangan mencari,
Namun kehadirannya begitu terasa.Dahsyat
Dan membekas

Bawalah cinta sebagai amanah terindah dalam
jiwamu.Juga dalam hidu dan perjalanamu
karena cinta merupakan bagian dari
kehidupan

bagian dari anugrah-Nya untuk kita.
Cintailah cinta sesuci cinta itu sendiri.
Sejernih embun di pagi hari dan setulus hati
Yang mengasihi…..